Admin
25 Februari 2021 - 00:00 WIB
1262
Tim ahli geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta memakai peralatan geolistrik untuk meneliti belasan sumur warga yang ambles di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dugaan sementara, amblesnya sumur tidak berkaitan dengan gempa bumi.
"Dugaan sementara kemungkinan tidak berkaitan (dengan gempa bumi). Tetapi patahan bumi itu kan bercabang-cabang, berbahaya atau tidak itu tiap tempat berbeda tapi kalau disini kemungkinan lebih karena daya dukung tanah tidak baik," jelas Dekan Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta, Sutarto, pada wartawan di Desa Jungkare, Rabu (23/2/2021).
Sutarto yang juga menjadi pemimpin tim yang bekerja terkait sumur ambles ini mengatakan hampir semua wilayah pulau Jawa memang dilalui sesar gempa bumi.
"Sesar itu ada yang sangat aktif, ada yang tidak, tergantung kedalaman dan dimensinya. Tapi dugaan sementara di sini tidak berkaitan dengan itu (aktivitas sesar)," papar Sutarto.
Dia menjelaskan kejadian amblesnya sumur warga itu tidak berbahaya bagi warga desa secara keseluruhan. Tapi warga di sekitar sumur diminta berhati-hati.
"Terutama yang di dekat sumur ya berhati-hati lah. Apalagi melihat sumur sudah growong (ambrol) atau tidak," pinta Sutarto.
Lebih lanjut diterangkan Sutarto, timnya datang untuk melakukan pengukuran dengan peralatan geolistrik. Pengukuran geolistrik untuk mengetahui kondisi di bawah tanah.
"Geolistrik itu untuk mengetahui di kedalaman tanah itu seperti apa. Apakah lapisannya dilalui air, kedap atau seperti apa yang ada hubungannya dengan amblesnya sumur warga," ucap Sutarto.
Ketua Pusat Studi Bencana UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, menambahkan tim datang dengan peralatan untuk membuktikan hipotesis awal soal endapan tanah yang kehilangan daya dukung. Sebab sebelumnya ada peningkatan debit air.
"Airnya meningkat sampai empat meter dari muka air tanah, yang dulunya kering meningkat sampai empat meter. Di tempat itu yang kehilangan daya dukung sehingga ambrol," jelas Eko pada detik.com
Tanah di bawah ambrol, lanjut dia, karena kehilangan daya dukung. Maka, tanah yang lebih atas juga kehilangan daya dukung sehingga turun dan terus turun sehingga di kanan kirinya juga turun.
"Tanah di kanan kiri juga turun masuk dan meluas. Sebenarnya hipotesis awal seperti itu dan saya yakin tidak salah, karena debit air tanah, biasanya kedalaman sumur delapan meter di musim hujan ini menjadi empat meter, lapisan delapan jadi empat meter di situlah (tanah) rontok," lanjut Eko.
Untuk itu, kata Eko, masyarakat diminta berhati-hati dengan mengurangi beban di tanah atas sumur dan sekitarnya. Misalnya dengan mengurangi volume air bak atau tandon.
"Bisa dibayangkan kalau di atas sumur ada tandon, bisa lebih berat. Di salah satu rumah warga, longsoran bahkan pernah terjadi dua kali artinya beban bisa mempengaruhi," pungkas Eko.
Pantauan detikcom, tim geolog yang datang dengan tiga mobil didampingi perangkat desa dan muspika mulai memasang alat geolistrik sekitar pukul 10.00 sampai 12.00 WIB siang ini. Tanah di dekat sumur yang ambles dipasang hantaran listrik yang terhubung dengan alat.
Tim lain memasukkan kamera perekam ke dalam sumur yang mulai ambrol tapi tanah di atasnya belum ambles. Setiap kejadian dan data dicatat dengan detail.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 12 sumur rumah milik warga di Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ambles dan beberapa memperlihatkan gejala ambles. Sumur-sumur tersebut ambles secara bertahap sejak dua pekan terakhir.
"Kejadian-kejadian itu sudah dua Minggu lalu. Tapi tidak bersamaan mulai Minggu yang lalu terus tambah sampai hari ini," ungkap Kades Jungkare Kecamatan Karanganom, Wakhid Muchsin, pada wartawan, Rabu (17/2).
Sumber : detik.com