Admin
29 Januari 2023 - 00:00 WIB
831
Sleman_Penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) atau Carbon Capture Utilty Storage (CCUS) diyakini bisa membantu tercapainya Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 dan juga mendorong produksi migas yang lebih bersih.
Prof. Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc., Ph.D., IPU selaku Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) mengatakan saat ini Indonesia sedang berada di tahap transisi energi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT).
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral menyebut proses transisi energi itu tentu membutuhkan waktu yang panjang sehingga industri migas masih berkontribusi signifikan dalam pemenuhan kebutuhan energi.
Terlebih, gas selama ini memegang peranan penting sebagai sumber energi transisi dengan kandungan emisi karbon lebih rendah.
"Kondisi CCS/ CCUS di Indonesia yang saat ini sedang betul-betul intensif kita mengamatinya. Harus memperhatikan lingkungan," kata Direktur Jenderal Migas, Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, dalam acara Konvensi dan Seminar V-BKTMG & PII, Sabtu (28/1/2023).
Jika CCS/CCUS di Indonesia diterapkan dengan baik, Tutuka yakin akan dapat mendukung peningkatan produksi migas sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Menurutnya, minat stakeholder baik dari migas maupun industri lain untuk mengembangkan teknologi penangkapan karbon tersebut mulai banyak di Indonesia.
Sehingga ia berharap CCS/ CCUS itu dapat diimplementasikan ke subsektor hulu migas.
"Kita harus handle menangani CO2 itu agar sumber daya gas , cadangan gas yang ada di bumi Pertiwi bisa dikembangkan," ungkapnya.
Prof.Ir. Doddy Abdassah, M.Sc., Ph.D., IPU selaku Ketua Umum Pengurus Pusat PII-BKTMG turut menjelaskan pentingnya CCS-CCUS pada era transisi energi untuk mendukung pengurangan emisi pada berbagai sektor industri.
Pemetaan potensi kapasitas CO2 storage di Indonesia akan melibatkan berbagai pihak termasuk SKK Migas dan Pertamina.
"Kita harus punya storage kapasitas yang baik, (teknologi) CCUS yang baik agar tidak bocor," jelas Ketua BKTMG & PII, Doddy Abdassah.
Dalam hal ini, sebagai institusi pendidikan UPN “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) turut mengambil peran dalam mensukseskan target pemerintah mewujudkan net zero emission atau netral karbon pada 2060 mendatang.
Diantaranya melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta pengembangan sumber daya manusia yang profesional dan berkompeten di bidangnya.
"Ancaman perubahan iklim sudah di depan mata. Mencegahnya menjadi tanggungjawab bersama tidak hanya pemerintah, namun menjadi tanggungjawab bersama termasuk perguruan tinggi," ungkap Rektor UPNVYK, Prof. Dr. Mohamad Irhas Effendi, SE., M.Si.
Lebih lanjut, Rektor UPNVYKmenyampaikan bahwa UPNVYK memiliki konsen di sektor energi untuk menyikapi transisi ini. Para mahasiswa UPNVYK pun didorong untuk meningkatkan skill di bidang pengembangan EBT sehingga bisa memanfaatkan teknologi CCUS untuk transisi energi yang bersifat baru atau terbarukan.
"Diharapkan berbagai riset di sektor energi yang UPNVYK lakukan bisa turut menyukseskan proses transisi energi, demi mencapai energi yang berkelanjutan," paparnya.
Ketua Pelaksana acara Konvensi dan Seminar V-BKTMG & PII, Ir. Joko Pamungkas, MT., IPM mengatakan acara itu diikuti sekitar 200 orang yang merupakan kumpulan insinyur dari seluruh Indonesia.
Setelah acara Konvensi dan Seminar selesai, akan dilanjutkan dengan pemilihan kepengurusan PII yang baru.
"Di ujung akhir nanti, setelah acara seminar selesai, ujung terakhirnya adalah pemilihan pengurus. Memperbanyak orang-orang yang tergabung dalam PII," pungkasnya.
sumber : http://www.upnyk.ac.id/